Kamis, 03 Februari 2011

Chapter 15 : We Are Love You, Mamori!

Disclaimer : Eyeshield 21 is belong to Riichiro Inagaki and Yuusuke Murata
Warning :  OOC; Alternate Reality; Segala kata - kata kasar yang tersebar di cerita ini.

-XXX-

Drama percobaan bunuh diri inipun ditutup dengan beberapa noda merah nan pekat tercecer di atas tanah.

-XXX-

Sebuah tubuh kaku tergolek di dalam dekapan seseorang. Kelopak matanya tertutup erat, seolah tak mau membukanya lagi. Terdengar suara memanggil. Mungkin nama dari pemilik tubuh itu. Nama tubuh gadis itu.  Seorang lelaki tengah memeluk sambil menangisi diri gadis itu. Ia berteriak-teriak memohon gadis itu untuk membuka matanya. Tapi gadis itu hanya terdiam. Diam membisu.

Cairan merah pekat mengalir pelan dari tubuh indahnya. Gadis itu terlihat anggun dan cantik, meski mungkin jiwanya telah tiada. Bibirnya menyunggingkan seutas senyum simpul. Rambutnya yang panjang dan merah terli- eh, salah! Ini mah, buat fanfic yang satunya! Maaf readers, saia salah skenario*digebuk readers*

Oke, oke. Ini dia skenarionya yang bener.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"MAMORIIIIIII!!!!"

Suara pekikan terdengar memanggil gadis yang tengah terjatuh bebas dari atap gedung. Sebelum gadis itu membuka bola matanya yang berwarna sapphire untuk melihat siapakah orang yang memanggilnya, semua menjadi gelap.....
(pendek amat)

-XXX-

.

.

.


"....mori..."

Sayup-sayup terdengar suara yang menggelitik gendang telinga gadis tadi. 'Bukannya aku sudah mati?' pikir gadis itu heran.

"Ma....ri... Mamori.."

Suara itu terdengar lagi. Sekarang lebih keras. Gadis itu semakin yakin bahwa ia belum mati. Ia lalu mencoba membuka matanya yang terasa berat. Setitik cahaya menyambutnya dari kegelapan. Beberapa bayangan orang terbayang di bola matanya. Bayangan itupun menjadi semakin jelas, tatkala gadis itu semakin melebarkan kelopak matanya untuk membuka.

"Mamo-chan!" pekik seorang wanita paruh baya yang tengah menangis dan lalu memeluk tubuh gadis itu. Mamori terkejut.

"Ka.. Kaa-san..?" kata Mamori kaget. Benar, dia masih hidup. Mata biru gadis itu membelalak tak percaya. Ia masih hidup? Sungguh aneh, pikirnya. "Ini... Dimana...?" tanya gadis itu lagi.

"Ini di UKS sekolahmu, sayang," kata wanita itu sambil tetap memeluk gadis itu dengan erat.

"U..UKS..?" gumam gadis itu tambah bingung.

"Kamu tadi baru saja jatuh akibat niat gilamu untuk bunuh diri itu," kata seorang pria paruh baya yang tengah tersenyum lemah.

'Bunuh.. Diri...?' pikir Mamori bingung. 'Oh, ya! Aku kan mau bunuh diri tadi!' pikirnya teringat akan aksi gilanya beberapa saat yang lalu.

"Gomenasai, Kaa-san, Tou-san, gara-gara perbuatanku tadi... Kalian-"

"Nggak apa-apa, Mamo-chan. Kami tidak marah kepadamu," kata ibu Mamori.

"Kenapa Mamo-nee sampai berpikiran mau bunuh diri segala sih?!" tanya Suzuna heran. Mamori tertegun sesaat.

"Itu.. Karena... Kupikir semua membenciku. Gara-gara diriku banyak orang yang terluka. Jadi lebih baik aku-"

"Aku nggak benci Mamo-nee!" potong Suzuna kemudian. Mata ungu violetnya memandang gadis berambut auburn itu jujur. "Aku sangat sayang dengan Mamo-nee! Meski aku baru kenal Mamo-nee, aku sudah menyukai Mamo-nee!"

Setitik air jatuh dari pelipis Mamori. Ia mungkin sama sekali tak menyangka gadis kecil itu akan berbicara seperti itu. Titik air itu lalu disusul dengan titikan lain yang semakin deras. Ia lalu mengusap air itu.

"Kami semua menyayangimu, Mamo-chan. Jangan pikir kami membencimu!" kata Ako kemudian. Disusul dengan anggukkan ketiga temannya yang lain.

"Mamo-chan terlalu berpikiran negatif, sih!" kata ayahnya sambil tersenyum geli.

"Iya, Mamori-neechan, jangan berpikiran begitu," ujar Sena kemudian.

"We Love You, Mamo-chan!" ucap ibunya lagi sambil memeluk putrinya itu.

Mamori tersenyum dengan masih terisak. "Arigatou, minna-san..."

Sejenak terlintas sebuah pertanyaan di otaknya. "Kaa-san, kenapa Mamo masih hidup? Bukannya Mamo sudah jatuh dari gedung?" tanya Mamori melepaskan pelukan ibunya.

"Oh, itu," Mami lalu tersenyum sesaat. "Ada yang menyelamatkanmu dibawah, Mamo," katanya kemudian.

"Dia adalah orang yang mau mengambil resiko sebesar apapun," tambah ayahnya.

"Menyelamatkanmu dengan menggunakan dirinya sebagai tumpuanmu," kata Ako lagi.

"Tanpa ada satupun yang mau membantunya," tambah Sara.

"Cara menolong yang sangat aneh," sambung Kei.

"Dan sedikit menakutkan," lanjut Jun.

"YAA~!!!!!!! Cara menolong paling romantis yang pernah kulihat!!!!!!!!!!!!! Dia bahkan tak peduli dengan lukanya ketika menolongmu, Mamo-nee!" kata Suzuna histeris dengan antenanya yang udah nunjuk-nunjuk Mamori.

"Dan orang itu adalah-"



"AKH!! PELAN-PELAN DIKIT DONG, SUSTER SIALAN!!!!!"



Suara pekikan setan kesakitan terdengar dari kamar sebelah Mamori. Mamori langsung terkejut mendengar jeritan kesakitan si setan itu. Begitu pula dengan yang lain. Sementara Suzuna hanya senyam-senyum dengan antena yang masih nunyuk-nunyuk ke arah Mamori.

"Ah, itu dia," kata ayahnya dengan sedikit tersenyum.

Dia?


Dia????



DIA?????



Yang menyelamatkanku??????????????????? Batin Mamori kebingungan.

"Hi..Hiruma...-kun...?" gumam gadis itu menyebut nama sang setan.

"YAAAAAAAAA~!!" Suzuna memekik dengan sangat keras. Antenanya sekarang menunjuk tepat ke arah Mamori dan tidak berputar lagi. Sinyal wi-finya kuat.

"APAAAA???!!!" pekik Mamori kaget mendengar itu. "Ti..tidak mungkin.. Masa'..dia.."

"Benar Mamo-chan, Hiruma-san tadi menolongmu dan ia tadi mendapat sedikit luka di tangannya dan bagian punggungnya, tapi tak parah," jelas Ako.

"Kami sangat berterimakasih kepada nak Hiruma, Mamo!" kata ibunya senang. "Dia anak yang sangat baik...kecuali kata-katanya,"

Mamori menganga mendengar ucapan sang ibu. Anak baik? Apa ibu nggak salah ngomong tuh? Pikir Mamori bingung. Sementara yang lain, sweatdrop dengan indahnya.

"Ibu...nggak salah...ngomong kan..?" tanya gadis itu heran. Mami pun menggeleng pelan.

"Lebih baik kau temui saja dia dan bilang terima kasih kepadanya!" kata ibunya sambil tersenyum lembut. Sementara yang lain juga ikut tersenyum, sedangkan antena rambut Suzuna sudah menegang dan menunyuk-nunyuk Mamori. Mamori lalu menghela nafas sebentar.

"Kalian pasti lelah kan? Lebih baik, kalian semua istirahat saja dulu. Aku akan menemui Hiruma-kun nanti," kata Mamori kemudian.

"Baiklah. Kalau begitu kami pamit  ke kelas dulu ya, Mamori-chan!" kata Ako kemudian. Mamori hanya mengangguk pelan. Mereka berempat lalu pergi dari tempat itu.

"Tou-san dan Kaa-san kembali dulu. Kami akan kembali lagi nanti saat waktunya sekolahmu selesai. Oke?" kata ayahnya memamiti. Mamori mengangguk pelan. Mereka pun lalu memeluk Mamori sebentar dan pergi dari ruangan itu.

"Aku pamit dulu ya, Mamori-neechan!" kata Sena juga kepada kakaknya.

"Iya! Maaf ya, Sena, sudah sengaja ke sekolah kakak!" kata Mamori smabil tersenyum lembut.

"Ah itu-"

"Yaaa~ nggak usah minta maaf kak! Kami pasti akan kesini, karena kami dianc--APPH!" tiba - tiba mulut Suzuna segera dibungkam oleh tangan Sena.

"Eh! Kami pamit kembali dulu ya, Mamori-neechan!!!" kata Sena sambil segera keluar dari ruangan UKS itu dan menyeret Suzuna dengan kecepatan cahaya.

"Eh? Eh?" Mamori kebingungan dengan tingkah adiknya itu. "Kenapa mereka?" tanyanya sendiri. "Apa mereka mau segera pergi ke sekolah berdua? Dasar mereka itu~ Hihiihihi~" kata Mamori sambil cengar - cengir sendiri.

"Kenapa kau cengar-cengir sendiri, cewek sialan????"

Sebuah suara menghentikan cengiran Mamori. Ia lalu menoleh ke sebrang pintu. Sesosok setan berambut spike kuning dengan tangannya yang terlihat diperban. Blazer hijaunya kini ia sampirkan di bahunya.

"Apa kau mulai gila gara-gara kau tidak makan kue menjijikkan itu untuk beberapa jam yang lalu, hah?!" ejeknya dengan tetap dengan wajah datar.

"Mou, Hiruma-kun!!!!" sentak Mamori sambil menggembungkan pipinya, sedangkan Hiruma hanya mengeluarkan decihannya yang merdu. Mereka pun diam sesaat.

"Emmm...a-ano..Hiruma-kun.." kata Mamori memecahkan keheningan bagai kuburan di siang hari*apa hubungannya?*.

"Hn?"

"Ka-katanya..kau yang menyelamatkanku saat aku jatuh tadi..ya..???" tanya Mamori sambil menundukkan kepalanya. Hiruma diam mendengar itu.

"Kalau iya, kenapa?" tanya Hiruma balik.

"Emm.. Te-terus kenapa alasannya?" tanya Mamori lagi.

Hiruma tertegun sesaat. Pandangannya ia alihkan ke tempat lain, seperti tengah mencari alasan yang tepat yang kini mungkin tengah berceceran di lantai, meja, kursi atau mungkin melayang di jendela.

"Karena aku tak ingin kau mati," jawabnya dengan mudah--jujur mungkin.

Wajah Mamori tiba-tiba mendadak merah mendengar itu. Jantungnya berdegup kencang setelah setan itu mengatakan hal yang super duper aneh itu.

"Te, terus kenapa kau tak ingin aku mati????" tanya Mamori lagi. Hiruma masih diam. Sepertinya mencari jawaban lagi.

"Karena..." ucapnya kemudian.

"Karena?" Mamori ikut mengatakannya juga.

"Karena aku..."

"Karena aku...?"

"Karena aku tak ingin kehilangan...."

"Karena aku tak ingin kehilangan..?" Jantung Mamori semakin berdegup kencang. Ia merasakan mukanya mungkin sudah seperti tomat busuk yang tidak laku di pasar.

"Karena aku tak ingin kehilangan SEORANG PUN BUDAKKU! KEKEKEKEKEKEKEKEKEKEKE!" kata Hiruma sambil tertawa dan tertawa sangat keras. Mamori membeku di tempat. Jantungnya kini sudah berdetak normal. Wajahnya kini sudah tak merah lagi.

"Mou, Hiruma-kun!!!! Aku bukan budakmu!!" bentak Mamori dengan kesal. Sungguh, setan ini memang penghancur suasana terbaik yang pernah ia temui. Andai setan itu bermain di sitkom, sudah pasti acara itu dipastikan akan meraih rating tertinggi.

"Keh, sekarang kau adalah budakku! Apa tadi kau mengharapkan kata lain, heh?" tanya Hiruma sambil menyeringai lebar. Ia lalu berjalan mendekat ke arah Mamori.

"Eh? Kata lain? Apa maksudmu?" tanya Mamori sambil menyembunyikan rona wajahnya yang merah lagi. Hiruma semakin mempersempit jaraknya dengan gadis itu. Kini hanya tinggal sekitar setengah meter jaraknya dari gadis itu.

"Dirimu, mungkin?" tebak Hiruma sambil memajukan wajahnya ke arah Mamori. Sontak, wajah Mamori semakin merah dan dengan reflek ia menarik wajahnya ke belakang.

"KEKEKEKEKEKEKEKEKE! Mukamu merah! Kau jelek sekali, gadis sialan! Apa kau benar-benar sebegitu inginnya mendengar kata itu, heh?! Kekekeke!" tawa Hiruma pun meledak bagai kembang api*?*

"Mou, Hiruma-kun! Jangan goda aku!" bentak Mamori kemudian sambil tetap dengan muka yang memerah.

"Keh, sebagai imbalan karena aku sudah menolongmu, kau harus ke tempat ini!" kata Hiruma sambil menyerahkan sepotong kertas kepada gadis itu.

"Hei! Aku tak minta pertolongan darimu! Aku tak butuh pertolonganmu ketika aku mau bunuh diri!!" Mamori membantah perkataan sang setan tadi.

"Hoo.. Kau berani berbohong ya? Aku tak bilang 'menolongmu saat kau mau bunuh diri'. Aku menolongmu dalam hal sialan lain. Apa kau sudah pikun, cewek sialan??" tanya Hiruma lagi dengan nada merendahkan.

Mamori pun lalu berusaha mengingat kembali. Ia memutar kembali otaknya, berusaha mengingat apa yang pernah setan itu lakukan untuk menolongnya.

.

.

"Aku mau kau mengajari aku cara melempar bola dan menangkapnya!"

"Ajari melempar bola dan... Menangkapnya..?" gumam Hiruma. "Kenapa kau minta tolong padaku?"

"Aku yakin semua anak cowok pernah main baseball tak terkecuali kau! Dan aku yakin kau pasti bisa minimal melempar bola! Cowok yang kukenal Cuma kau! Jun-kun dan Kei-kun sudah sama Ako-chan dan Sara-chan! Pliiisss! Tolong aku!"

"Hoo... Lalu apa nih imbalan setelah mengajarimu, hei cewek sialan?"

"Terserah deh, kau mau minta apa! Yang penting permintaanmu itu hanya satu! Dan jangan aneh - aneh!"

"Baiklah... Terserah aku lho!"

"Tapi kau mau nolong kan?"

 "YEY! Arigatou, Hiruma-kun!"

.

.


Gadis itu menepuk telapak tangannya dengan kepalan tangannya. "Oooh, yang itu..." gumamnya teringat kembali.

"Keh, kue sus itu benar-benar mengacaukan kerja otak sialanmu, cewek sialan!" ejek Hiruma lagi.

"Jangan hubungkan dengan KUE SUS!!!!!!!!!!" bentak Mamori lagi.

"Makanya, pokoknya kau harus datang ke tempat di kertas itu, kalau tidak, kubunuh kau!!" ancam Hiruma sambil pergi keluar dari ruang UKS itu setelah sebelumnya melempar kertas itu tepat di atas kasur UKS itu. Mamori lalu mengambilnya. Tertulis :


Place : Diamond Cafe, Shibuya Street
Date : 24 November 2010
Time : 19.00
N.B : Wear your best dress and make over your face! Don't be late or I will kill you!!

Sign,
Hiruma Youichi


Mamori membacanya tak percaya. Undangan, errr, dinner? Makan malam? Jantungnya berdegup kencang lagi. Ia lalu menyelipkan kertas itu di saku bajunya. 2 minggu lagi untuk tanggal itu. Ia harus bersiap-siap. Ia tak tahu apa yang direncanakan setan itu untuk mengundangnya dinner saat tanggal ulang tahunnya itu.

Sementara di luar, terlihat dua pasang kaki tengah berdiri di bawah jendela. Yang satu mengenakan inline-skate dan yang satu lagi mengenakan pantofel hitam. Terhitung mereka berdiri sejak suara ejekan kasar setan itu menggema mengagetkan cengiran sang gadis. Terlihat pula, sepanjang mereka disana, kaki yang mengenakan inline-skate bergedruk-gedruk tidak karuan sementara sang pantofel malah gemetaran. Takut ketahuan, eh?

"2 minggu lagi, Sena! Kita harus ikuti mereka!" bisik salah satu dari mereka.

"I..iya, tapi Suzuna, kita harus secepatnya pergi dari sini!" bisik yang dipanggil Sena tadi.

"Iya, ya, You-nii juga udah pergi sih! Yuk, Sena!" ajak Suzuna sambil berbalik.

"Kalian mau kemana 2 minggu lagi?" tanya seseorang di depan mereka.

"Mau ngin--apph!" gadis berambut dark-blue itu terbungkam mulutnya oleh tangan si lelaki berambut coklat hazel. "Sena! Kau kena--eh, You-nii..." gadis itu pun lalu nyengir melihat sosok yang tadi mereka awasi sekaligus yang tadi menanyai Suzuna.

"Kuulang, kenapa kalian ADA DISINI!!!!! KUSO CHEER! KUSO CHIBI!!! KALIAN MAU MATI YA???!!!!!!!!!!" bentak lelaki itu sambil mengeluarkan machine gun-nya dan mulai menembaki kedua makhluk malang itu.

"Huaaaaaaaaa!! Lari, Senaaaaaaaaaaa!!!!!!!!" teriak Suzuna sambil menyeret Sena yang sebenarnya juga udah lari dengan kecepatan 4,2 detik.


To Be Continued


Huuft, update deh akhirnya!

Lama nih nggak update, gara-gara kebanyakan main di FFn, kayak gini deh! Well, ini blog, bukan FFn.

Yosh! Buat Are-chan! Gimana? Udah kejawab kan? Dia itu MATI!!!!!!!!! #gampared by Are-chan

Well, 1 chapter lagi cerita ini bakalan tamat! Huwaaaaaaaaaaa~ ternyata cerita yang gue buat setengah tahun yang lalu ini akhirnya tamat!!!! *nangis lebay*

Gue jadi inget gimana pertama kali gue buat cerita ini di notes FB. Ngakak ngakak gaje pas pertama baca! Sumpah, gue inget bener! Jadi kengen deh!! Hehehe~

Yah, cerita ini memang tamat, tapi bakal ada penggantinya. So, wait it! I will so soon to make that story!!!!

See you in the next chapter of this fic!!!!!!!!!!!!!!!! *whuuuuuuuuuuuush!* *ngilang di dalam asap*

Hikari.

Share:

0 comments:

Posting Komentar