Rabu, 09 Maret 2011

Last Chapter : Unforgetten Night



Disclaimer : Eyeshield 21 is belong to Riichiro Inagaki and Yuusuke Murata

Disclaimer Song : Eyes On Me by Faye Wong

Warning :  OOC; Alternate Reality; sensor nggak jelas(?); Segala kata - kata kasar yang tersebar di cerita ini.

-XXX-

In Mamori's House, November 24th, 2010, At 14.00

Di lantai 2 Kediaman Anezaki, terlihat seorang gadis berambut auburn sedang berjalan mondar-mandir. Yah, Mamori, tokoh utama kita ini. Ia tengah bermondar-mandir ria di depan lemari bajunya yang kini tengah terbuka. Sementara di atas ranjang tidurnya, terlihat beberapa gaun yang diletakkan berserakan.

Ia lalu berhenti sejenak. Mata birunya ia lirikkan pada beberapa gaun di atas ranjangnya. Tangannya ia taruh di dagu seakan sedang berpikir.

"Yang itu.... Nggak, nggak manis!"

"Yang itu... Manis sih manis, tapi nggak anggun,"

"Yang itu.... Anggun sih, tapi terlalu ngejreng warnanya kalau dipakai buat dinner,"

Terdengar gumaman-gumaman nggak jelas keluar dari mulut gadis itu. Ia lalu menghela nafas berat. Sepertinya ia tengah kebingungan untuk memilih gaun apa yang nanti akan ia pakai nanti malam.

Ia lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya, setelah ia menyingkirkan gaun-gaun itu. Ia menghela nafas lagi. Sepertinya ia akan tampil jelek malam nanti di depan Hiruma.

Hei! Tunggu! Kenapa ia takut kalau tampil jelek di hadapan Hiruma? Bukannya itu hanya makan malam biasa? Kenapa ia seakan ingin tampil cantik di hadapan lelaki setan itu?

Mamori bangkit dari posisinya. Ia kembali mengingat kejadian di UKS waktu itu. Sontak wajahnya memerah kembali. Ia lalu menggelengkan kepalanya dan menepuk pipinya yang panas.

"Oke, oke, Mamori. Lupakan kejadian itu dan pilihlah gaun yang cocok untuk nanti malam, oke?" katanya kepada diri sendiri, berusaha menenangkan diri sendiri.

"Tapi nggak ada gaun yang cocok," katanya lagi sambil memandang gaun-gaun itu.

"Nggak Mamori! Pakai aja yang enak di kamu, itu kan Cuma makan malam," katanya lagi.

"Tapi, walau Cuma makan malam, aku...."

TING TONG!

Suara bel membuyarkan segala macam ocehan tak berguna Mamori.

"Suzuna-chan?" suara wanita terdengar menyapa.

"Mamo-nee ada, tante?" suara seorang gadis terdengar setelah bunyi pintu terbuka.

"Tante panggil dulu ya," kata Nyonya Anezaki sambil berjalan ke dalam rumahnya. "MAMOOOO! Ada Suzuna-chan nih!" panggilnya.

"Iya, bu!" kata Mamori dari dalam kamarnya. Gadis itu lalu segera menuruni tangga yang menghubungkan lantai dasar rumahnya dengan kamarnya.

"Konnichiwa, Mamo-nee!"

"Konnichiwa, Suzuna. Ano... Kenapa kau datang siang-siang begini?" tanya Mamori bingung.

"Ya~ Kita shopping yuk!" kata gadis berambut biru gelap itu ceria. Saat gadis itu mengucapkan kata-kata itu, di atas otak Mamori terlihat samar lampu bohlam yang menyala terang.

"Sepertinya ide bagus. Aku ganti baju dulu ya!" kata gadis bermata biru itu sambil berlari menuju kamarnya, sementara gadis berinline skate itu hanya tersenyum puas.



[SKIP MAMO GANTI BAJU]


 "Aku sudah siap! Yuk berangkat!" kata Mamori setelah memakai sepatunya.

"YAAAAAAAAAAAA~ SHOPIIIIIIIIIIIIING!!!!" pekik gadis berinline skate itu sambil menarik tangan Mamori.

"Hiiie! Tu-tunggu Suzuna-chaaan!" pekik Mamori kaget sampai kagetnya meniru kagetnya adiknya, pakai "Hiiie!"

-XXX-

In Deimon Square, At 14.30

Kedua gadis tadi lalu berjalan-jalan di antara berbagai pertokoan di dalam mall Deimon Square. DS (Deimon Square) ini adalah sebuah mall yang dimana seluruh barang-barang yang dijual disana adalah barang-barang bermerk terkenal dan mempunyai kualitas terbaik di Jepang. Gaje? Biarkanlah. Toh, ini Cuma cerita khayal saya saja. #plak

Sementara Suzuna sibuk melihat-lihat, Mamori merasa sedikit tidak enak.

"Suzuna-chan," panggil gadis berambut auburn itu.

"Hmm," jawab Suzuna sambil masih memilih-milih baju dan gaun yang terpampang di depan salah satu toko.

"Ano... Ini kan Deimon Square. Barang-barangnya mahal. Buat apa kita belinya nanti?" tanya Mamori takut-takut. Suzuna berhenti memilih-milih baju. Kini bola mata violetnya memandang bola mata sapphire milik Mamori. Ungu violet itu memandang dengan pancaran mata yang berbinar.

"Ya~ Tenang saja, Mamo-nee! Aku datang kesini sebenarnya bukan untuk belanja! Tadi Cuma kedok saja!" kata gadis itu tenang. Mamori tertegun sesaat.

"Lalu untuk apa?" Mamori sedikit menghela nafas di sela ucapannya tadi. Mungkin kecewa karena pada akhirnya ia tak mendapatkan gaun yang cocok.

"Mengambil pesanan baju! Ayo!" kata Suzuna sambil menarik lagi tangan Mamori.

"Tu-tunggu!"

Mereka pun tiba di sebuah toko yang cukup besar. Terlihat beberapa baju dan gaun dipajang di depan toko itu.

'Sepertinya toko yang mahal' pikir Mamori sambil memandangi baju-baju itu.

"Ooh. Nona Taki," sapa salah satu pegawai di sana. Mamori masih melihat-lihat dress sementara Suzuna menghampiri pegawai itu.

"Pesanan saya sudah anda siapkan, bukan?"

"Gaun red satin halter neck dress dan gaun blue halter neck dress bukan? Saya bawa keluar dulu," kata pegawai itu sambil pergi menuju belakang toko.

"Ini dia!" kata pegawai itu sambil membawa 2 buah gaun berwarna merah dan biru.

"YAAAAAA~! Terimakasih!" pekik gadis itu senang sambil mengambil gaun-gaun itu. Mamori melihat 2 buah gaun itu dengan takjub.

'Bagusnya....' pikir Mamori memuji gaun itu.

"Untuk pembayarannya sudah dibayar atas nama Hiruma Youichi." kata pegawai itu kemudian. Sejenak, otak jenius Mamori tersita oleh sebuah nama-laknat-itu.

"YA~ Memang dia yang menyuruhku untuk membeli gaun ini!" jawab Suzuna senang.

"Hi-Hiruma-kun?" ucap Mamori ternganga. Pegawai itu dan Suzuna menoleh ke arah Mamori. "Untuk apa dia membeli gaun itu?"

"AAAAH! Anda nona di foto itu!" pekik pegawai itu kaget.

"Nona?" tanya Suzuna dan Mamori bebarengan dengan kening berkedut heran.

"Iya. Sebelum nona Taki ini memesan gaun, lelaki bernama Hiruma Youichi itu menyerahkan data dan foto anda," jelas pegawai itu.

"UWAAAAAAAAAAAAAAAAAT???!!!" pekik kedua gadis itu bersamaan.

"Kok...kok bisa sih?" tanya Mamori heran.

"Haa? Jadi You-nii udah kesini duluan ya? Huuft, kenapa juga nggak pesen aja sekalian pas itu!" gerutu Suzuna kesal.

"Su-Suzuna... Ja-jangan-jangan.. Gaun itu...."

"Gaun berwarna merah ini memang untuk Mamo-nee kok," jawab Suzuna enteng sambil tersenyum. Mamori ternganga sejenak.

"Ke-kenapa... Hiruma-kun sampai..."

"Kronologisnya gini..."

-Flashback-

Five days ago...

"Woi, cheer sialan! Kemari!" perintah Hiruma tanpa melepaskan pandangannya dari laptop SONY VAIO tercintanya. Kini ia sedang duduk di satu sofa di apartemennya.

"Nan desuka, You-nii?" tanya gadis itu sambil berjalan ke arah Hiruma.

"Ke toko gaun sialan dengan merk yang ketulis di kertas ini!" kata lelaki berambut spike itu sambil menyerahkan sebuah kertas kecil ke arah gadis berambut dark blue itu. Gadis itu menerimanya dan membacanya.

"Ini kan toko gaun paling terkenal di kota ini!!!" pekik Suzuna kaget. Hiruma hanya menutup sebelah telinganya agar tidak budegh. "Terus, kenapa aku harus kesini You-nii?" tanyanya kemudian.

"Pilih dan pesan gaun sialan apa saja disana. Lalu kau ambil pas tanggal 24!" kata Hiruma lagi. Antena Suzuna menangkap sinyal kuat.

"Fufufufu~ You-nii jangan-jangan...." "...membelikan gaun buat Mamo-nee ya???" goda Suzuna kemudian. Hiruma tetap tak bergeming. Tangannya masih lincah bergerak di touch pad laptopnya dan mata hijaunya tetap menatap sang layar pacar tercintanya itu.

"Aku akan kesana asal You-nii harus membelikanku sebuah gaun! Daaan mengajakku dan Sena untuk Dinner juga!" kata Suzuna sambil tersenyum nyengir.

"What The Heck!" Hiruma kaget mendadak. "Lo tadi bilang apa, hah, cheer sialan?!"

"You-nii harus mengajakku dengan Sena untuk ikut dinner. Tenang aja, aku ma Sena nggak akan ganggu kemesraan kalian," goda Suzuna lagi.

"Karena lo dan cebol sialan itu memang ingin bermesraan sendiri," tanggap Hiruma enteng. Sontak wajah Suzuna memerah.

"You-nii apa-apaan siiiiiih!!!!!!" bentak Suzuna kesal.

"Ya udah. Cepat sana ke toko gaun sialan itu!" perintah Hiruma sambil menodongkan revolver ke arah Suzuna.

"Ta-tapi, kakak mengajakku dan Sena kan..?"

"Keh, elo mau peluru ini menembus tulang tengkorakmu, cheer sialan?" tanya Hiruma sambil menampilkan wajah angkernya.

"I-iya iya! Tapi, You-nii harus ngajak aku ama Sena!" teriak Suzuna di sela larinya.

-End of Flashback-

"Ya~ begitulaaaaaaah!" Suzuna mengakhiri cerita. Mamori hanya bisa cengo' mendengar segala penuturan itu. "Fufufu~ You-nii perhatian kan, Mamo-nee???" goda Suzuna kemudian.

"Suzuna-chan!" bentak Mamori marah + malu. "Ya sudah. Aku akan berterimakasih padanya nanti. Sekarang kita pulang kan?"

"Ooooo tidak bisa~" tolak Suzuna sambil bergaya ala Sule *?*. "Mamo-nee harus ikut aku ke tempat pengambilan pesanan yang lain!" kata Suzuna sambil menarik kembali tangan Mamori. Mamori pasrah saja ditarik kembali ma setan kecil itu.

Mereka pun kini sampai pada sebuah toko sepatu dengan merek Gosh di atas toko tersebut. Lagi, Suzuna kembali disapa dan diberikan pesanan yang sudah dipesan atas nama Hiruma. Yah, pesanan sebuah flat shoes biru cerah dan sebuah pump shoes berwarna merah darah. Tentu saja, yang flat shoes untuk Suzuna dan pump shoes untuk Mamori.

"Duuh. Aku ngutang berapa aja nih ke Hiruma-kun?" gumam Mamori sambil emlihat ke arah kantung berisi gaunnya dan sepatunya.

"Tenang saja, Mamo-nee. You-nii tidak akan meminta bayaran uang untukmu. Aku janji deh," kata Suzuna menenangkan.

"Huuft, baiklah. By the way, kau juga ikutan nanti sama Sena?" tanya Mamori ingin tahu.

"YAAA~ tentu saja, Mamo-nee! Tapi, Mamo-nee nggak usah khawatir. Kami akan berada di bagian yang berseberangan dengan Mamo-nee kok!" ucap Suzuna semangat. "Pasti bakal jadi dinner yang tak terlupakan~" ucap Suzuna sambil tersenyum-senyum.

"Kuharap begitu..." desis Mamori pelan.

-XXX-

In Mamori's House, At 18.00

Mamori sudah memakai gaunnya di depan cermin. Cantik. Satu kata yang terlintas saat gadis itu yang memakainya. Gaun itu begitu pas di tubuh Mamori. Sangat pas. Mamori sampai heran, darimana tuh setan tahu ukuran tubuhnya? Well, ia tak begitu mempermasalahkan itu sih. Mamori sudah berdandan dengan make-up natural. Yah, dinner kan, jadi tak perlu tampil menyolok! Sebuah clucth merah terhias di tangannya.

Nah, masalahnya kini, bagaimana ia harus ke Diamond Cafe?

Apa harus pakai bus A*** atau S**** K******? Tapi nanti kan gaunnya jadi bau mesin bus.

Apa harus menyewa taksi? O'o, Mamori tak ingin menguras dompet hanya untuk sebuah taksi.

Apakah harus menyarter bajaj? Lama dan suaranya nggak enak didengar!

Bagaimana kalau ojek? Nggak deh! Gaunnya bisa nggak bentuk lagi dan dandanan rambut Mamori bisa berantakan total.

Oh, becak mungkin? Gubraaaaaaak! Kagak mungkin kaliii! Ke cafe naik becak? Apa kata dunia?!

Di tengah kebingungannya, tiba-tiba terdengar bunyi klakson mobil dari luar rumahnya dan pintu diketuk.

"Kirei, desu ne, Suzuna-chan," puji Mami Anezaki melihat penampilan gadis berambut dark blue itu kini. Gaun berwarna biru muda dengan aksen pita dan kupu-kupu sebagai pemanis, sebuah flat shoes bertengger di kedua kakinya, menggantikan sang inline skate, sebuah jepit berbentuk pita terpasang di rambutnya dan make-up natural serta sebuah tas kecil di tangannya. Manis!

"Konbanwa, tante! Mamo-nee dan Sena-kun sudah siap?" tanya gadis itu kemudian.

"Sebentar ya, Suzuna-chan. Tante panggil dua anak itu dulu. Mamo!! Sena!! Suzuna datang menjemput nih!" panggil Mami kemudian. Mendengar itu, Mamori segera turun ke lantai bawah rumahnya.

"Suzuna-chan!" kata Mamori kemudian sambil menghampiri Suzuna.

"Mamo-kyaaaaaaaa~ Mamo-nee, anata wa kirei desu ne!!!" pekik Suzuna sambil memuji kecantikan sang malaikat yang turun dari tangga [?] itu. Wajah Mamori memerah sejenak.

"Ah, Suzuna-chan bisa saja kau ini!" kata Mamori dengan ekspresi malu.

"Fufufufu~ You-nii pasti suka nih!" goda Suzuna kemudian.

"Diam! Kamu sendiri juga cantik, Suzuna-chan. Pasti, Sena-kun suka dengan penampilanmu," celetuk Mamori kemudian.

"Uuuuh! Mamo-nee!" seru Suzuna sebal.

"Kalian sama-sama cantik!" puji Mami mendamaikan keduanya.

Tiba-tiba dari arah tangga, keluar seorang lelaki berambut spike berwarna coklat hazelnut. Sebuah jas hitam dan kemeja putih serta celana hitam membalut tubuh kecil lelaki itu. Sebuah dasi hitam terpasang manis di antara kerah lehernya. Pantofel hitam bergayut di kaki cepatnya.

"Ini dia, Sena," kata ibunya sambil menoleh ke arah Sena. Semua mata pun tertuju pada Sena. Melihat penampilan Sena, Suzuna merasa pipinya panas dan mulai-memerah. Sementara Mamori menyimpan senyum melihat Suzuna yang mulai blushing nggak karuan itu.

"A-ano.. Gimana penampilanku ini, Suzuna?" tanya Sena malu-malu kucing.

"Pe-penampilanmu bagus kok. Ka-kamu.... Ca...ca... Cakep kok!" kata Suzuna yang kini sudah amat sangat memerah bagai kepiting rebus dan tomat busuk dijadikan satu*?*.

"Ma-makasih," sahut Sena kemudian.

"Ka-kalau penampilanku, Sena?" tanya Suzuna kemudian.

"Ka-kamu... Ca-cantik kok!" jawab Sena dengan rasa malu-malu lagi.

"Ya~ Makasih!" jawab Suzuna senang.

"Ekh, ehem, ehem," Mamori dan ibunya sontak berdehem bebarengan. Kedua makhluk yang didehemi tadi langsung menoleh ke arah kedua makhluk yang berdehem.

"Jadi, gimana kita perginya, Suzuna?" tanya Mamori kemudian. Suzuna tersenyum sesaat. Matanya lalu menoleh ke arah luar pintu.

"Dengan mobil itu dong, Mamo-nee!" katanya sambil menunjuk ke arah sebuah mobil Mercy yang sudah terparkir di depan rumah Mamori. Mamori dan Sena cengo' melihat mobil yang udah nangkring disana beberapa menit yang lalu.

"Da-darimana kau mendapatkan mobil itu, Suzuna?" tanya Sena bingung.

"Itu mobilnya You-nii. Oh ya, You-nii sudah ada di Diamond Cafe tadi. Dia menyuruh salah satu anak buahnya untuk jadi supir," jelas Suzuna sambil tersenyum simpul. Ketiga orang lainnya hanya sweatdrop berjama'ah.

"Ya sudah. Kami pamit dulu ya, Kaa-san!" kata Mamori kepada sang ibu. Sang ibu hanya tersenyum simpul.

"Hati-hati ya, Mamo, Sena,"

"Ya, bu!" jawab keduanya. Mereka bertiga pun lalu berjalan menuju mobil Mercy hitam itu. Setelah mereka masuk, mobil itu lalu segera melaju ke Diamond Cafe.

-XXX-

In Diamond Cafe, At 18.45

Mobil mercy itu lalu berhenti di depan sebuah cafe yang terlihat mewah. Bangunannya cukup luas dan terlihat mewah dan elegan dari luar. Mamori, Suzuna dan Sena lalu turun dari mobil itu. Mereka kemudian segera memasuki pintu masuk dari Diamond Cafe. Dari pintu itu tergelar sebuah karpet berwarna merah. Mereka bertiga langsung kaget dengan karpet merah itu.

"Nona Mamori Anezaki?" tanya salah satu pelayan disana. Mamori mengangguk pelan.

"Tuan Hiruma Youichi sudah menunggu anda di meja nomor satu." jelas pelayan itu. Mamori lalu segera berjalan menuju meja nomor satu.

"Nona Taki Suzuna dan Sena Anezaki?" tanya pelayan yang satunya. Kedua orang itu mengangguk.

"Anda berdua sudah dipesan untuk duduk di meja nomor dua puluh satu." kata pelayan itu lagi sambil menunjuk ke arah meja nomor 21. Mereka pun berjalan ke meja nomor 21.

-HIRUMAMO'S SIDE-

Mamori berjalan ke arah meja nomor satu. Disana terlihat seorang pria berambut spike pirang dengan balutan sebuah jas hitam, kemeja hitam, dasi bermotif garis, celana hitam dan sebuah pantofel hitam. Ia sedang mengetik sesuatu di laptopnya, senjatanya ia letakkan di atas meja berdampingan dengan sepasang kakinya yang ia naikkan. Matanya tertuju pada sang laptop.

'Dimanampun dia, tetap saja tak sopan' batin Mamori sabar.

"Hi-Hiruma-kun..." sapa Mamori ragu. Hiruma menoleh ke arah Mamori dan menaikkan alisnya. Ia lalu melanjutkan aksi ketik-mengetiknya. Mamori menghela nafas kesal dan lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Hiruma.

"Hiruma-kun, bisa nggak sih, kakimu kau letakkan di bawah?" kata Mamori kesal.

"Untuk apa gue nurut ama elo?" jawab Hiruma datar sambil tetap menutup laptopnya dan menurunkan kakinya *A/N : haiah! Itu, elo nurut ama dia kan? Hiruma : Kan elo yang nulis kayak gitu! Coba gue yang nulis! A/N : Sudah sudah. Balik ke cerita*

"Woy, pelayan sialan! Kemari!!" teriak Hiruma sambil menoleh ke arah belakangnya. Pelayan yang malang itu lalu segera berlari ke arah Hiruma dengan tergopoh-gopoh.

" Espresso Americo dan Marinated Salmon with Fennel Vinaigrette. Kau apa?" tanya Hiruma kemudian.

“Emm, creampuff spesial dan cappucino,” kata Mamori sambil melihat daftar menu.

“Silahkan tunggu sebentar,” kata pelayan itu lembut. Pelayan itu segera pergi dari tempat itu. Kedua makhluk itu terdiam.

“Terus, atas dasar apa kau mengundangku kesini?” tanya Mamori kemudian.

“Hanya untuk mempermalukanmu saja,” jawabnya enteng.

“Mou, Hiruma-kun!!” bentak Mamori kemudian sambil menggembungkan pipinya.

“Setelah kau makan nanti kau akan tahu!” kata Hiruma kemudian.

“Maaf, pesanan anda telah siap!” pelayan tadi datang sambil membawa makanan yang tadi dipesan oleh kedua orang itu. Mereka berdua pun makan.

END HIRUMAMO’S SIDE

SENASUZU’S SIDE

Sena dan Suzuna duduk di depan meja bernomor 21. Setelah memesan beberapa makanan, kedua makhluk itu lalu segera bercanda seperti biasa.

“Aku kaget saat kau mengajakku untuk kesini, Suzuna,” kata Sena kepada Suzuna.

“Oh itu. Ehehe, habis, mengintai mereka sendiri itu membosankan!” jawab gadis itu dengan antena rambutnya yang nunjuk-nunjuk ke arah setan dan malaikat di meja lain. Sena hanya sweatdrop mendengar itu.

“Tapi Sena...” ucap Suzuna kembali.

“Ada apa?” tanya Sena.

“Sebenarnya aku juga emang pengen makan malam denganmu,” ucap Suzuna dengan ekspresi malu-malu. Sena hanya bisa bengong dnegan pipi sedikit merona, sementara Suzuna sudah menundukkan kepalanya dalam-dalam Yah, blushing itu harus dirahasiakan.

Sang pelayan pun datang dan membawakan pesanan mereka. Mereka pun makan.

END SENASUZU’S SIDE

In Diamond Cafe, At 19.30

Musik pembuka selesai diputar. Seorang wanita berambut merah darah menaiki panggung di dalam cafe itu. Wanita itu sangat cantik dengan mata hitam onyx yang terpasang di wajahnya.

“Selamat malam para pengunjung Diamond Cafe,” sapanya kemudian.

“Malam,” sambut para pengunjung.

“Keh, ini dia!” gumam Hiruma sambil menyeringai lebar. Mamori merinding mel;ihat seringaian lelaki itu.

“Saya, Isabel, akan menemani anda untuk satu jam ini,” katanya memperkenalkan diri dan memberitahukan tujuannya. “Sebelumnya, saya bersama THE BLOOD akan menyanyikan sebuah lagu dari Faye Wong yang berjudul Eyes On Me,”

Tunggu! THE BLOOD?

Mamori, Sena dan Suzuna terkejut dengan penyebutan nama band itu.

Dari belakang panggung, terlihat seorang lelaki berambut merah dengan kacamat biru bertengger di hidungnya—Akaba. Namun, lelaki berambut pirang yang dulu bersamanya tak datang—Mizumachi. Isabel pun segera menempatkan posisinya, duduk di depan panggung. Sementara Akaba duduk di sampingnya bersama sang gitar merah.

Mereka pun segera memainkan lagunya.

Whenever sang my songs
On the stage, on my own
Whenever said my words
Wishing they would be heard
I saw you smiling at me
Was it real or just my fantasy
You'd always be there in the corner
Of this tiny little bar

“Hei, cewek sialan!” panggil Hiruma kepada gadis itu sambil mengulurkan tangan kanannya kepada sang gadis.

Na-nandesuka?” tanya Mamori bingung.

“Ayo dansa!” kata Hiruma enteng.

“HAH?!” kata Mamori kaget. “A..apa maksudmu?”

“Dansa, baka! Sudah deh, ayo!” kata Hiruma sambil menarik tangan Mamori.

“Eh, eh, ta-tapi..”

“Apa?! Lo nggak bisa dansa ya, cewek sialan?” goda Hiruma kemudian.

“Apa? Enak saja, aku bisa kok!” kata Mamori membela.

“Alah bilang aja nggak! Kalo emang lo bisa, ayo dansa!” kata Hiruma kemudian.

“O-okelah kalau begitu,” mereka pun lalu berdansa. Tangan kanan Mamori menggenggam tangan Hiruma sementara tangan kirinya berada di bahu Hiruma. Sedangkan, tangan kiri Hiruma menggenggam tangan kanan Mamori dan tangan kiri Hiruma berada di pinggang Mamori. Hiruma berdansa dengan lancar. Sementara Mamori—yang emang kagak bisa—berdansa dengan kagok. Hiruma menyadari hal itu.

“Emang bener kan, kalo elo nggak bisa dansa,” kata Hiruma mengejek.

“Iya, iya, aku ngaku deh,” kata Mamori pasrah.

“ya udah, ikuti langkahku saja,” kata Hiruma kemudian.

Sementara di sisi lain, Sena dan Suzuna juga ikut berdansa. Sepertinya, mereka justru lebih bisa berdansa meski ada rasa canggung terlihat dari sikap mereka.

Mamori sendiri sudah bisa berdansa dengan lancar. Hiruma menyimpan senyum.
  
Darling, so there you are
With that look on your face
As if you're never hurt
As if you're never down
Shall I be the one for you
Who pinches you softly but sure
If frown is shown then
I will know that you are no dreamer 

“Hiruma, sebenarnya kenapa kau mengajakku kesini?” tanya Mamori kemudian dengan masih berdansa.

"Nggak ada maksud apa-apa," jawab Hiruma kemudian.

"Oh, ayolah, aku ingin tahu!" paksa Mamori kemudian.

"Hadiah.." desis Hiruma pelan.

"Eh, hadiah?" Mamori bingung dengan apa yang didesiskan Hiruma.

"Sudahlah! Lebih baik ikuti instruksi ini! Akan kuhitung sampai tiga, kau lepaskan tangan kirimu dan bergeraklah ke samping kirimu, mengerti? Pegang tanganku kuat-kuat." Kata Hiruma kemudian.

"Tapi—"

"Tiga!"

Saat Mamori tahu apa maksud dari kata 'hadiah' itu, Mamori sudah bergerak ke samping kirinya (akibat lontaran sang setan) dan Hiruma menggenggam erat tangannya. Saat tiupan saxophone terdengar melengking, Hiruma menarik Mamori kembali—dan malaikat itu jatuh ke dalam pelukannya.

So let me come to you
Close as I wanted to be
Close enough for me
To feel your heart beating fast
And stay there as I whisper
How I loved your peaceful eyes on me
did you ever know
That I had mine on you

“Kyaaaaa~” pekik Suzuna pelan. Sena merinding melihat itu. Oh my GOD!!

“You-nii ternyata romantis juga!!!” katanya kemudian.

“Kita lakukan juga yuk!” ajak Sena kemudian yang membuat Suzuna kaget dan memerah.


Darling, so share with me
Your love if you have enough
Your tears if your're holding back
Or pain if that's what it is
How can I let you know
I'm more than the dress and the voice
Just reach me out then
You will know that you're not dreaming

“Hi-Hiruma...” gumam Mamori pelan.

“Diam saja! Aku hanya ingin seperti ini selama 5 menit,” kata setan itu pelan. Mamori menurut. Ia malah membalas pelukan lelaki itu.

“Makasih ya. Ini adalah makan malam terindah menurutku. Dan....” kata Mamori kemudian.

".... Hadiah ulang tahun terbaikku,"

“Keh, bagiku dan bagi pasangan cebol dan cheer itu juga. Nah, cewek sialan,” kata Hiruma tersendat.

"Apa?"

"Lo mau nggak jadi cewek sialan gue?" kata Hiruma datar dan tanpa basa-basi.

Sontak wajah Mamori memerah mendengar pernyataan cinta langsung itu. Jantung Mamori terasa  berdetak lebih cepat.

Darling, so there you are
With that look on your face
As if you're never hurt
As if you're never down
Shall I be the one for you
Who pinches you softly but sure
If frown is shown then
I will know that you are no dreamer

"Cepat jawab, cewek sialan!" bentak Hiruma sambil memalingkan mukanya yang sedikit memerah.

"Eee.. Itu... Ano..."

"APA?!" bentak Hiruma lagi sambil bermuka kesal dan angker.

"I-iya deh, aku mau kok! Aku mau! Asal jangan bunuh aku!" jawab Mamori cepat sambil menutup matanya—takut ma Hiruma. Hiruma menyeringai lebar mendengar apa yang dikatakan oleh gadis itu. Sementara Mamori bergidik melihat itu—firasat buruk.

Dan benar saja, firasatmu benar, nak.

Hiruma lalu segera berjalan menuju panggung, menggantikan Isabel yang baru saja turun, sambil menyeret Mamori—tentunya.

"Hoe? You-nii mau ngapain tuh?" tanya Suzuna melihat setan itu berada di atas panggung. Sena hanya menggeleng pelan.

"Hoi, para pengunjung sialan!" teriak lelaki itu kemudian dengan mike di tangannya. Semua orang langsung terdiam disana.

"Mulai hari ini, cewek sialan di samping gue ini sudah menjadi cewek sialan gue!" katanya dengan tetap menyeringai. Mamori memerah di tempat.

"Yaaaaaaaaaaaa~ Akhirnya! Akhirnya!" Suzuna memekik senang sambil menggoncang-goncangkan kerah baju Sena. Sena hanya bisa sweatdrop saja di seperti itukan.

"Ada yang keberatan?" tawar Hiruma kemudian. Para pengunjung terdiam, tak ada yang protes. Mamori kemudian melirik ke bawah panggung. Terlihat seorang lelaki sedang mengambil gambar mereka berdua dengan handycam. Mamori menyadari.

'shtttt! Saya ini disuruh oleh setan itu!' bisik lelaki itu pelan sambil menunjuk ke arah si setan. Mamori menghela nafas.

'Ooooh, jadi itu maksudnya,' batinnnya kemudian.

"Dan, untuk pasangan yang duduk di meja nomor dua puluh satu, cebol sialan berambut coklat dan cheer sialan yang memakai gaun biru, sudah resmi menjadi pasangan. Jangan ganggu mereka, ngerti?!" tambahnya kemudian.

"UWAAAAAAAAAAT???!!!"

"HIEEEEEEEEEEEEEEEEEEE????!!!" pekik keduanya bebarengan. Kini semua mata mulai tertuju pada mereka. Sementara Hiruma dan Mamori sudah turun dari panggung.

"A-apa maksudnya itu??!" kata Suzuna menahan malu.

"Se-sebenarnya Suzuna, aku..." kata Sena tersendat.

"Apa?" tanya Suzuna kemudian.

"A-aku.... Aku... Suka sama kamu, Suzuna. Jadi... Ma-maukah kau...." ".... Jadi pacarku?" tanya Sena dengan muka merah sangat. Suzuna yang mendengar itu juga ikut blushing. Kini mereka terdiam.

"Ya~ aku mau, Sena!" jawab gadis manis itu sambil tersenyum.

"Benarkah? Makasih, Suzuna!" kata Sena sambil memeluk Suzuna. Suzuna kini tambah blushing dengan apa yang dilakukan oleh Sena.

CKREK!

"Kekekekekekeke..." sebuah kekehan kecil terdengar dari samping kedua sejoli yang sedang berpelukan itu.

"Hiruma-kun, jangan!" suara lain juga terdengar dari samping kedua sejoli itu. Terlihat seorang setan yang sedang membawa kamera dan seorang malaikat yang mencoba melarangnya. Kedua sejoli itu menoleh ke arah mereka dengan masih berpelukan.

"You-nii..." gumam Suzuna pelan.

"kamera..." tambah Sena juga.

"Kekekekekeke!" kekeh Hiruma.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!" pekik kedua sejoli itu.

Sepertinya malam itu telah menjadi malam terindah bagi kedua pasangan itu. Dan juga hadiah termanis dan terindah bagi Mamori yang berulang tahun pada tanggal 24 November itu. Yah, sebuah malam yang indah dan tak dapat untuk dilupakan. Iya, bukan?

TAMAT


The cuap" NISTA!!! #plak #dor

Huwaaaaaaaaaaaaaaaaa! Akhirnya! Akhirnyaaaaaaaaaaaaa! Saya berhasil menyelesaikan cerita gaje iniiiii!!!! Dengan ending yang gaje dan abal tentunya #plak!

Arigatou gozaimashita buat yang udah mau baca cerita gaje saia!!! m(_ _)m.

Sebenarnya ini sebuah fanfict, tapi saia ganti namanya, hehehe. Gomen jika dalam penulisannya banyak misstypo[saia paling takluk ma ntu], gaje, abal, gak nyambung, judul sama sekali juga gak nyambung, beberapa tulisan yang membuat para readers berfikir,"loh? Kok bisa?", dan lain - lainnya. Namanya saja author nggak jelas.

Cerita ini boleh anda review, kritik, saran, flame[patut banget dapet yang satu ini], pujian[halah, ngarep], anonymous atau anda read aja. Yang penting R-E-V-I-E-W!!!

Saia juga mau berterimakasih :

1.      Buat Allah S.W.T, atas segala yang dikaruniakan-Nya
2.      Buat kedua orangtua saia, yang mau mengizinkan saia buat minjemin laptop buat saia
3.      Buat kakak-kakak saia yang udah mau ikutan ajang "Ambil Laptop Duluan" meski yang menang saia. Hohohoho #ketawanista #donttrythisathome
4.      Buat Are-chan yang mau-maunya baca nih fic sampai kena writer's block, huahahahaha!!!!!!!!!!!!!!!! LOL #ketawanistaagain
5.      Buat F-chan, yang udah mau minjemin saia netbooknya buat posting chapter 14, ehehe, sankyuu!!
6.      Buat N-chan juga! Makasiiih udah ikut nimbrung kalau saia ama Are ngomongin fanfic!!
7.      Buat seluruh anggota Sekizone, maaf ya, ada salah satu temenmu yang buat fic nista kayak gini tanpa kalian ketahui #geplaked
8.      Buat guru-guru saia, maaf, ada anak didik anda yang nggak belajar, malah bikin fic kayak gini #digetok guru
9.      Buat Riichiro Inagaki-sensei sama Yusuuke Murata-sensei, makasih udah ngenalin saia sama karakternya! I love two of you so much!!!! #hug
11.  Buat JEALKB!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Yang udah nemenin saya ngetik chapie terakhir cerita ini dengan lagu-lagunya! Ehehehehe #lagigilajealkb #abaikan
12.  And buat minna-san, ARIGATOU GOZAIMASU!!!!!!!!!!

Oke! Akhir kata, Ja matta ne, minna-san! Sampai jumpa di cerita saia selanjutnya[lha kok promosi tho?]!

Sign,

Hikari
Share:

0 comments:

Posting Komentar