Senin, 26 September 2011

Unless Positive Thinking

Ciao, minna~ -___-

Yai, minna-san pasti bingung kenapa tiba-tiba saya pasang emot begitu. Yaaaap! Saya sedang dalam bad mood banget hari ini—tapi nggak galau, saya anti sama yang namanya galau =__=


Dalam posting-an saya kali ini, saya mau sedikit ber-curcol ria. Maaf kalau posting-an ini nggak guna buat minna-san (_ _). Tutup saja tab kalian yang sedang membuka post ini, saya cuma mau curcol saja kok.

Dalam post ini, saya mau cerita tentang kejadian yang saya alami sejak tadi pagi di sekolah—tepatnya pas pelajaran Bahasa Inggris. Pada saat jam pelajaran itu, entah kenapa banyak anak lelaki yang pada ngolok-olok saya—karena pada jam itu, kelas sedang mengadakan remidi buat yang nilai ulangannya tidak lulus KKM, jadi bagian anak-anak yang tidak remidi jadi cukup bebas dan ramai. Entah pakai nyanyian ataupun pakai julukan. Dan mereka itu nggak tahu kalau saya itu lagi bad mood gara-gara masalah di rumah.

Oke. Saya tidak mau mengungkit seperti apa olokan yang dilakukan teman saya. Maaf, saya masih sakit hati meskipun saya sudah berada di rumah sekarang.

Pasalnya, saya itu merasa sakit hati banget sama mereka. Saya kepengen banget tadi nangis. Tapi karena itu hanya tindakan sia-sia dan membuang tenaga, maka saya—dengan pokerface andalan saya—mencoba buat tenang dan diam saja. Berusaha untuk tidak memperhatikan apa yang mereka katakan dengan muka datar saya yang saya datar-datarkan, meski dalam hati saya, nyeseknya minta digigit sampai mati #eh 

Sungguh, sejak pelajaran tersebut, saya itu seakan tertekan dan pengen banget untuk segera pulang ke rumah. Saya sakit hati bangetbangetbanget. Pengen gitu rasanya buat nabok mereka satu-satu. Tapi saya cewek, mana berani -___-

Mana pada pelajaran Fisika juga sama aja lagi. Yaaah, waktu itu emang guru Fisika saya sedang PLPG selama beberapa hari, jadi tidak mengajar kelas saya untuk beberapa hari pula—yang bikin saya sujud syukur juga #plak.

Tapi pas pelajaran ini, sama juga. Pas saya lagi mengerjakan soal tugas yang ditinggalkan oleh guru Fisika saya, saya diolok lagi. Parahnya, yang mengolok itu di dekat saya! Di samping serta di belakang saya!! 

WHAT THE FUUUU

Pengen gitu njejelin mulutnya pakai sepatu yang saya pakai. Sumpah, ngeselin banget mereka!!

Beneran, saya nggak betah kalau kayak gitu tiap hari. Meski ada juga yang diolok begitu di kelas, tapi saya merasa sensitif hari ini gara-gara urusan di rumah. Mereka malah nambah-nambahin -____-

Pokoknya hari ini saya kesel banget sama mereka. Padahal, saya sudah berusaha untuk positive thinking dengan seluruh siswa di kelas saya ini. Tapi, ulah mereka yang seperti itu justru merubah positive thinking saya ini jadi negative dan membuat saya berpikir kalau selama ini positive thinking saya itu nggak guna banget.

Tapi, saya jadi tahu perasaan temen saya dulu pas di kelas X saat insiden "Cicak Tokek" waktu itu. Insiden ini mungkin bakal saya ceritain—atau nggak, gatau XP—kapan-kapan saja. 

*sigh* Kayaknya lebih baik saya bersabar saja sama semua ini. Stres kalau dipikirin. Tapi, entah kenapa, mereka seakan memacu saya untuk membuat cerita ber-rating M dengan indeks GORE di dalamnya karena perasaan sakit hati saya ini #dor

Pokoknya, hingga detik ini, positive thinking saya sudah sangat sedikit sekali buat kelas ini. 

Yaah, mungkin segini dulu curcol dari saya. Gomen, minna-san, saya nge-post hal nggak guna lagi di blog saya ini (_ _). Well, saya sakit hati banget sih sama mereka D'X

Saya bakal post hal yang lebih gaje dan abal berguna lagi deh buat kalian! ;'D #padaakhirnyajuganggakguna #plak


Oke. Sekian dulu dari saya. Arriverdercci.
Sign,

Hikari.

Dan buat teman-teman yang tadi mengolok saya, ini untuk kalian :|
"Hei, teman-teman! Kalau cara kalian seperti ini terus, saya mungkin nggak bisa kompak sama kalian. Saya masih sakit hati sama kalian. Salah saya sama kalian itu apa? Kenapa kalian mengolok saya begitu? Beri saya alasan yang logis, biar hati saya tenang dan saya bisa instropeksi diri kalau emang saya salah sama kalian. Jangan bikin saya sakit hati dan malah dendam sama kalian. Saya nggak ingin kalian jadi seperti teman SD saya. Saya nggak mau kalau harus mengulang "hal itu" untuk kedua kalinya. Saya nggak mau. Sekian."


Share:

2 komentar:

  1. Diah, buat sekedar saran aja ya. Kalau kamu memang nggak suka diolok begitu, tegaskan ke mereka. Kalau kamu nggak berani, itu karena kamu memang tidak punya alasan yang cukup kuat untuk membela diri kamu sendiri. Teman-teman kamu mengolok2 seperti itu hanya karena ; 1)Bercanda 2)Ada sesuatu pada diri kamu yg berbeda dgn anak lain, yg mereka tidak mengerti itu.
    Menuturkan kemarahanmu dalam media seperti ini bukan cara terbaik untuk memperbaiki kehidupan sosial kamu. Kalau kamu merasa tidak pantas diolok-olok, lalu kenapa kamu tidak berani berbaur dengan mereka?
    Sekali lagi, sebaiknya kita selalu memastikan diri kita sendiri, sebelum meluapkan pikiran kita. Apapun itu.
    Everything happens for a reason.

    BalasHapus
  2. Anonim : Terima kasih buat sarannya :).

    Bukannya tidak punya alasan, hanya saja, setiap saya bicara, omongan saya selalu di-interupsi oleh mereka.

    Saya juga sudah berpikir kalau itu hanya bercanda, tapi jika bercanda, mereka sedikit keterlaluan. Cerita di atas itu hanya sebagian kecil dari yang sebenarnya terjadi--saya tidak menceritakannya secara rinci.

    Dan masalah saya berbeda atau tidak, saya merasa sama dengan mereka. Saya tidak merasa lebih di antara mereka, kecuali kalau saya mungkin lebih pendiam. Tapi masalahnya, ada siswa lain yang juga sama pendiamnya.

    Omong-omong, masalah olok-olokan ini sudah beberapa hari yang lalu terjadinya. Hanya saja pada hari saya menulis post ini, olokannya lebih parah.

    Saya juga tahu, bicara di sini memang tidak menyelesaikan masalah. Saya hanya ingin curhat saja. Soal berbaur, saya tidak yakin bisa. Saya orangnya introvert. Mungkin karena masa kecil saya yang terlalu dikekang hingga kurang sanggup bersosialisasi dengan baik.

    Tapi, saya menghargai saran anda di atas. Terima kasih :) Maaf kalau cerewet.

    BalasHapus