Senin, 23 Agustus 2010

Chapter 1 : The Ghost Angel Meet With Devil

Disclaimer: Eyeshield 21 is belong to Riichiro Inagaki and Yuusuke Murata
Warning: OOC; Alternate Reality; segala kata kata kasar yang terpampang disini, harap tidak ditiru!

-XXX-

Suatu pagi di SMA Deimon, tepatnya di koridor kelas, seorang murid perempuan berjalan didampingi seorang guru. Murid cewek itu terlihat sangat misterius dan terkesan menakutkan untuk sebagian murid. Bayangkan, jika di sekolah anda ada cewek yang mukanya setengah ditutupi poni -tepatnya menutupi matanya saja- persis Sadako di The Ring,
pasti anda akan segera lari kan? Yah, begitulah penampilan cewek itu. Guru itu berhenti begitu pula cewek itu. Mereka berhenti di depan kelas 2-1, kelas yang akan digunakan oleh cewek itu. Guru itu menyuruhnya menunggu dulu dengan sedikit ketakutan.

"ka, kamu, tu, tu, tunggu disini dulu ya.. "kata guru itu. Cewek itu hanya menangguk. Lalu guru itu masuk dan segera menuju ke mimbarnya.

"anak - anak! Hari ini akan kedatangan murid baru. Ma, masuklah!"kata guru itu seraya menyuruh si cewek masuk. Anak itu masuk, pandangan murid di kelas langsung membeku, pucat pasi. Padahal mereka tadi masih sempat bicara apakah muridnya cewek atau cowok, eh malah hantu yang datang. Cewek itu di depan kelas, mengambil kapur dan menggoreskannya di papan tulis. Sebuah tulisan "Anezaki Mamori" tertulis di papan tulis hitam itu.

"...nama saya Anezaki Mamori.. Mohon bantuannya.."suaranya terdengar menakutkan.

"aaaaaaaaa! Setaaaaaaaaaan!"teriak seluruh penghuni kelas membuat guru dan Mamori -cewek tadi- menutup telinga mereka. Guru itu tak berteriak. Karena sudah berteriak ketika di ruang guru. Lebih kencang malah. Habis teriak takut ama lebay jadi satu.

DARR!!!

Terdengar suara tembakan dari bangku di sudut ruangan. Bangku yang menampakkan hawa yang lebih menyeramkan lagi. Dengan aura hitam dan evilish yang menguar keluar. Semua murid terdiam langsung. Mereka telah membangunkan raja setan di sekolah mereka. Setan bertelinga elf runcing. Berambut spike dan berwarna kuning. Piercing di telinga elfnya. Sungguh gambaran iblis yang menakutkan.

"BERISIK! Bisa nggak sih nggak teriak! Dah tadi ada yang lebay lagi! Diam atau kubunuh kalian! Cuman gara - gara cewek aneh hantu sialan ini aja, heboh!"kata cowok itu. Semua terdiam. Mamori terdiam meski matanya yang tak terlihat itu memandang kesal dan benci. Kesalkah anda jika anda dipanggil "sialan"? Nah, itu yang dirasakan cewek hantu ini.

'sialan?Kau tuh yang sialan! Enak aja manggil gue "cewek aneh hantu sialan"! Dasar! Spike kuning sialan!' rutuk Mamori dalam hati.

"tenang! Nah, Mamo, sekarang kau duduk. Tempat dudukmu..."kata guru itu sambil melihat bangku murid apakah ada yang lowong. "ah! Disana! Di depan Hiruma-san ada satu bangku yang kosong. Kau duduklah disana, karena tidak ada tempat lain,"kata guru itu sambil menunjuk bangku kosong di depan cowok spike kuning tadi.

'WHAT!!! Di depan spike sialan itu! Eh, tadi namanya siapa? Hiruma? Apa boleh buat deh! Daripada nggak dapet tempat duduk' pikir Mamori dalam hati sambil melengang ke kursi di depan Hiruma, cowok spike kuning penembak tadi. Pelajaran pun dimulai. Tak seorang pun yang berbincang. Pelajaran jam itu begitu tenang, setenang kuburan.

-XXX-

Bel istirahat berdentang. Murid - murid berhamburan keluar. Ada yang ke kantin, pergi ke kelas lain atau yang sekedar berbincang di koridor. Kecuali tokoh utama kita, Mamori. Sebagai murid baru, sudah sewajarnya ia mengelilingi bangunan sekolah barunya seperti waktu MOS. Dan mungkin itu hari buruknya. Kita coba lihat keadaannya cewek itu. Respon bagaimana yang akan ia temui pada setiap orang yang dimintanya menemaninya.

"hyaaaaaa!"

"kyaaaaaaaa! Hantuuuuuu!"

"aaaaaaargh! Kaidaaaaaan!"

Begitulah responnya. Yang lain tak berteriak tetapi lari tunggang langgang seperti dikejar tukang tagih hutang.

"huuft.."Mamori hanya bisa menghembuskan nafas. "kalau begini aku jadi nggak tahu ruang - ruangannya! Apa aku keliling sendiri aja ya?"gumam Mamori dalam hati. Ia pun berpikir lalu beranjak pergi. 'ya udah deh!'batin Mamori pasrah. Ia pun mengelilingi sekolah itu. Dari gerbang, ruang guru, lantai 1,2,3, gedung olahraga, uks, kantin, atap sekolah dan tempat lainnya.

"huuft! Semua udah kukelilingi. Hemmm, dan aku masih belum punya temen..."gumam Mamori. "…sama seperti tiga tahun lalu..."desahnya pelan. Ia duduk di sebuah bangku kecil sambil menundukkan kepala. Pikirannya melayang di kejadian 3 tahun lalu.

-Flashback-

Di sebuah ruang kelas SMP, tepatnya kelas 2B, murid - murid sedang mengerjakan tugas kelompok. Pada sebuah kelompok, kelompok milik Mamori, mereka sedang mendiskusikan sesuatu.

"bagaimana dengan tugas Biologi kita? Waktunya 4 hari lagi lho!"kata ketua kelompok.

"duh, pikiranku buntu nih kalo soal itu"kata seorang lagi.

"aku nggak punya waktu ngerjain"kata yang seorang lagi.

"huuuh.., aku juga nggak punya waktu dah banyak pikiran juga"sahut ketuanya. Mamori hanya terdiam.

'aku sih, udah ngerjain semua, tapi, belum ada persetujuan ketua'pikirnya. Si ketus itu lalu melihat Mamori. Ia pun segera punya ide dan tersenyum licik.

"hei, Anezaki! Kau ada waktu buat tugas ni?"tanyanya.

"I, iya"jawab Mamori terbata.

"mau nggak kau ngerjain ini? Kau tau kan kami nggak punya waktu untuk ngerjainnya"kata ketua itu. Mamori tak bisa menolak. Ia hanya mengangguk pasrah menerima tugas itu. Dia mengerjakannya sendiri. Alhasil, tugas itu mendapat nilai yang sempurna. Tapi, ia tak bisa mengatakan bahwa ia yang mengerjakannya sendiri. Karena dia diancam oleh teman sekelompoknya agar tak mengatakan itu. Ia takut dibenci. Tapi sebuah kejadian membuatnya berpikir, bahwa ia memang tak diinginkan, dimanfaatkan dan dibenci.

Suatu pagi, saat pelajaran seni rupa. Mamori yang memang dasarnya tak bisa menggambar tengah kebingungan karena mendapat tugas yang tak ia kira sebelumnya, yaitu menggambar. Ia pun mencoba mencari bantuan dari temannya.

"ano…kalian pintar menggambar kan?"tanyanya pada seorang temannya yang pandai menggambar yang kebetulan saat tugas biologi anak itu sekelompok dengannya. Murid itu mengangguk dan segera menebak maksud Mamori.

"oh, aku ingat! Kamu kan payah banget soal menggambar! Jangan - jangan kamu mau minta aku nggambarin buat kamu ya? Ahahaha! Ngimpi kau! Mana mungkin aku mau!"kata murid itu sambil meninggalkan Mamori sendiri. Mamori yang menerima penolakan segera menangis.

"hiks..hiks..hiks..kenapa... kenapa.. semuanya gak mau...bantu aku..hiks..hiks..."tangisnya.

-End of Flashback-

Mamori masih terdiam. Sebenarnya ia ingin melupakan kejadian masa lalunya, tapi ia tak bisa. Tak terasa satu bulir air matanya jatuh. Segera ia menghapusnya. 'berhenti! Aku nggak boleh nangis! Aku udah bertekad! Nggak boleh nangis lagi!'teriaknya dalam hati.

"KRIIIIIIIIIIIIIIIIINGGG!!!"

Bel masuk yang berbunyi itu menggagetkan lamunan Mamori. Segera ia tersadar. "duh! Kelas 2-1 mana ya? Kenapa aku masih di depan ruang kesenian! Iih! Bodoh! Terus aku harus jalan kemana dong?"gumamnya sendiri. Karena ia kebingungan, ia tak menyadari ada seorang set- eh seseorang seperti setan ada di belakangnya.

"sedang apa kau cewek aneh sialan?!"teriaknya.

"hyaaaa! Setan!"teriak Mamori kaget. Hiruma, si cowok itu langsung menutup sebelah telinganya.

"hei! Kau tuh yang setan!"bentak Hiruma. "makanya jangan menggagetkan aku! Spike kuning sialan!"bentak Mamori dengan kata umpatan yang sudah ia tahan sejak masuk kelasnya.

"heh?! Spike kuning sialan?! Nggak ada yang boleh manggil aku seperti itu!"bentak Hiruma.

"terserah aku dong! Kau juga! Enak aja manggil aku cewek aneh sialan!"teriak Mamori lagi.

'ni cewek berani juga! Kekekeke! Menarik juga dia!'pikir Hiruma sambil menyeringai lebar. Mamori yang memang tak bisa melihat seringai itu dengan jelas hanya bisa melempar pandangan sebalnya.

"dasar cewek aneh! Terus kenapa kau disini?"kata Hiruma.

"aku bingung dimana kelas kita? Kelas 2-1! Aku tersesat nih! Sekolah ini besar!"jawabnya. Hiruma hanya bisa menyimpan senyum.

"keh!"sahut Hiruma tak menjawab pertanyaan Mamori dan pergi mendahului Mamori.

"hei! Jawab aku!"kata Mamori sambil pergi mengikuti cowok itu. Hiruma tak menjawab, ia hanya menyeringai saja. Merasa tak ada respon, Mamori diam sambil menggembungkan pipinya yang chuby itu, kesal.

'iih! Nyebelin banget sih ni cowok!'pikirnya. 'lebih baik kuikuti! Bisa saja dia pergi ke kelas! Yey! Lucky!'pikirnya senang. Hiruma yang merasa ada gelagat aneh dibelakangnya menoleh ke belakang tapi Mamori tak menyadari.

'kenapa ni cewek? Aneh!'pikirnya. Dan memang benar. Cowok setan itu memang pergi menuju kelas 2-1. Mamori yang melihat papan kelas "2-1" langsung lari mendahului Hiruma ke arah pintu kelas. Tak disadarinya bahwa pelajaran sudah dimulai. Langsung ia buka pintunya.

"GREEK!!"

Seluruh mata pun menatap pada gadis itu. Guru yang mengajar langsung menghentikan pelajarannya.

"eh?"gumam Mamori pelan.

"A, Anezaki.."kata guru itu kaget.

"hei, cewek sialan! Cepat pergi dari sana! Menghalangi tauk!"bentak Hiruma.

"huh! Tanya lebih sopan dong! Dasar Spike kuning sialan!"bentak Mamori lagi.

Melihat kejadian di depan pintu itu, para murid, entah, pikiran mereka sama: 'tu cewek hantu berani banget ya sama setan satu itu'. Kembali ke depan pintu.

"hei, boleh kan kami masuk?"tanya Hiruma.

"i,iya... Kalian boleh masuk kok,"kata guru itu ketakutan. Hiruma pun masuk dengan tenang diikuti Mamori yang masuk sambil sedikit menunduk. Mereka pun duduk di kursi masing - masing. Sejenak murid - murid berpikir, 'setan ma hantu tu temenan ya?'

-XXX-

Bel pulang berdentang. Murid - murid pun lari berhamburan keluar kelas. Mamori juga. Tapi ia kini sedang berlari mengejar seseorang, yang mungkin seluruh penghuni sekolah itu tak sudi mengejarnya, Hiruma Youichi.

"hei, tunggu sebentar! Aku mau bicara! Sebentaaaaaaaaaaar saja!"teriak Mamori. Hiruma hanya berjalan tak memedulikan Mamori. Mamori lalu berlari mendahului Hiruma dan menghentikan langkah Hiruma.

"kau mau apa sih?!"bentak Hiruma.

"Terima Kasih!"jawab Mamori.

"terima kasih karena kau telah menunjukkan jalan ke kelas!"lanjutnya.

"tch!"decak Hiruma. Hiruma pun lalu meninggalkan Mamori.

"pokoknya aku sudah bilang 'makasih' lho!"teriak Mamori di belakang. Hiruma tak menoleh.

'tch! Cuma bilang makasih sampai ngejar segala! ..Anezaki Mamori.. Kekekeke! Cewek aneh yang menarik!'pikir Hiruma sambil menyeringai kecil.

"setan itu baik juga ya! Hehehe! Kayaknya dia bisa jadi temenku deh!"gumam Mamori sambil melangkah pulang.

-TBC-
 
Share:

0 comments:

Posting Komentar