Sabtu, 08 Oktober 2011

Melalui Jendela

Sebenarnya, ini tulisan saya di blog saya yang ada di wordpress. Sebenarnya juga, ini lebih ke fanfic. Dan dalam posting-an ini, saya akan menambahkan sedikit. Jadi ada yang berbeda dari yang ada di wordpress :).

Oya, kalau yang mau tahu pair apa yang saya pakai, baca saja tulisan ini dengan seksama. Pasti akan langsung tahu, pair apa yang saya pakai :P


Jendela, tempat dimana kamu biasanya masuk ke ruangannya—ruangan pribadinya di sekolahnya. Kamu tahu, orang itu adalah penguasa sekolah itu. Orang itu adalah orang yang ditakuti oleh seantero penghuni sekolah itu.

Tapi kamu—tentunya—tidak takut pada orang itu.

Bahkan, kamu tidak jarang untuk datang menemuinya melalui jendela ruangn pribadinya tersebut hanya untuk sekedar menerima—hantaman tongkat besinya yang selalu ia bawa kemana saja.

Namun, kamu ‘tak juga jera dengan apa yang kamu peroleh jika bertemu dengannya. Entah masokis atau apa, setiap hari, jika kamu merindukan dirinya—akumu—kamu pasti akan datang lagi ke ruangannya melalui jendela lagi seperti biasa. Dan seperti biasa juga, kamu akan disapa lagi dengan—hantaman tongkat besinya.

Meskipun begitu, ada saat-saat tertentu ketika dia tidak menghantammu. Biasanya karena ia sedang malas meladenimu atau ketika dia sedang—

—tertidur.

Yap, tertidur pulas dengan kepala diletakkan di atas meja dan berbantalkan tumpukan lengannya dengan posisi terduduk.

Kamu tersenyum tipis melihatnya dengan posisi seperti itu. Sangat lucu, polos dan manis. Sangat berbeda ketika kedua iris kelabunya terbuka sambil memberikan pandangan mematikan kepadamu—meski di matamu pandangan itu lebih seperti pandangan galak-galak-manis saja, alih-alih mematikan.

Biasanya, kamu memilih untuk tidak mengganggunya dan hanya memandangnya dari jendela sambil menikmati semilir angin yang menerbangkan beberapa helai rambut birumu.

Namun, tidak jarang juga, kamu memilih untuk mendekat ke arahnya, mengelus lembut rambut hitamnya lalu—

—mengecup lembut dahinya.

Curang? Memang. Memang begitulah kamu.

Datang ke ruangannya melalui jendela, itu juga curang ‘kan—mengingat kamu adalah murid sekolah lain yang seharusnya tidak boleh berada di sekolah yang bukan sekolahmu?

Dan ketika ia mulai terbangun—kamu segera pergi dari balik jendela dengan senyum puas di bibirmu karena bisa mengecupnya tanpa—terkena hantaman tongkat metalnya.

Waktu terus berlalu, dan kamu bahkan tidak pernah tidak hadir dalam kehidupannya melalui jendela—tentu saja. Bahkan saat kamu ingin menemuinya di rumahnya. Kamu jarang tidak disapa dengan hantaman besi di jendela kamarnya.

Bertahun-tahun, kamu selalu menemuinya melewati jendela. Bahkan saat kuliah, jendela seolah menjadi jalur akses utamamu untuk bertemu dengannya. Entah sudah berapa hantaman yang dia berikan di wajah tampanmu itu, dan entah kenapa kamu tidak juga jera akan hal itu.

Meskipun begitu, caramu tersebut tidak berbuah sia-sia. Sifatnya mulai sedikit melunak dari saat pertama kali bertemu denganmu. Ia pun juga terkadang memberikan senyum tipis yang begitu tipis seperti garis namun juga manis kepadamu.

Saat kamu menjalin hubungan dengannya, terkadang kamu masih saja menemuinya dengan perantara jendela jika ia sedang berada di ruangannya—meski pada akhirnya kamu lebih memilih untuk melewati pintu saja.

Dan yang paling mengejutkan lagi adalah, saat kamu melamarnya dengan posisi yang amat sangat aneh. Yaitu—berjongkok di jendela besar yang terbuka lebar sambil mengulurkan sebuah kotak merah beludru di tangannya kepadamu. Dan dengan wajah malu-malu, ia pun menerima kotak berisi cincin itu—meski sebelumnya dia masih saja menceramahi aksimu yang menurutnya memalukan itu.

Jendela. Kamu seolah tidak bisa lepas dari benda tersebut. Misalnya saja pada pagi hari ini.

Ketika kamu terjaga dari tidurmu, kamu lalu bangun dari posisi tidurmu dan beranjak ke jendela kamarmu—setelah sebelumnya kamu mengecup dahi orang itu yang masih terlelap di samping tubuhmu.

Namun, ada yang berbeda dari pagi ini.

Beberapa menit, setelah kamu membuka jendela itu dan menghirup udara pagi yang begitu menyegarkan, tiba-tiba kamu merasakan—

—kehangatan yang menjalar di punggungmu serta beban yang tiba-tiba menimpa punggungmu.

Menoleh, kamu pun mendapati sosok berambut hitam yang beberapa menit yang lalu masih terlelap dalam alam tidurnya, kini sedang—memeluk punggungmu.

… Selamat .. pagi …

Suara itu pelan terdengar dari bibirnya. Menyimpan senyum geli ketika mendengar itu, kamu pun berbalik menghadapnya dan kemudian membalas memeluk orang itu, orang yang kamu cintai itu.

Dengan senyum terkembang di wajahmu, kamu lalu membalas ucapan salamnya.

Buon Giorno,” [1]

.
.
.

Ah—jendela memang selalu menghiasi kehidupanmu dan dirinya, ya!

#endingapapulaini

————————————————————————————–
[1] Buon giorno : Selamat pagi. (dalam Bahasa Italia)
————————————————————————————–

Well, kayaknya emang gak ada bukti editannya ya XP #digampar. Mana endingnya juga gaje sangat gitu ==" #ditendang

Tapi, yaah, yang baca, udah tahu 'kan pair-nya apa. Pasti tahu. Baca secara seksama lagi deh.

Oke, saya mau pamit dulu.

Jaa--oya! Disclaimer-nya : Yang buat inisialnya AA. #digaplok

Jaa ne!

Sincerely

Hikari.
Share:

4 komentar:

  1. Emm mo tanya diablos artinya apa?

    BalasHapus
  2. Diablos itu sebenarnya singkatan dari "Diah's Blog". Dia itu dari Diah (nama asli saya), blos itu dari Blog dengan tambahan s. Maaf kalau penjelasannya gaje .__.

    BalasHapus
  3. Oh gitu toh^_^

    Makasih penjelasannya

    BalasHapus