Senin, 13 September 2010

Chapter 6 : At The Girl Ghost's Home and A Friendship

Disclaimer : Eyeshield 21 is belong to Riichiro Inagaki and Yuusuke Murata 
Warning : OOC; Alternate Reality; Segala kata - kata kasar yang tersebar di cerita ini.

-XXX-

Suatu siang, disepakati bahwa kelompok Mamori akan mengerjakannya sepulang sekolah hari itu juga. Dengan alasan biar nggak numpuk tugasnya. Mulai deh perjalanan mereka menuju rumah sang gadis hantu itu. di tengah perjalanan mereka hanya terdiam membisu tanpa ada yang mau angkat bicara. Apa beratnya sih ngangkat pembicaraan? Mudah kok! Tinggal buka mulut terus ngomong deh.
Mudah kan? Balik ke cerita. Mereka tenggelam di pikiran mereka dengan membayangkan rumah gadis itu. 'pasti rumahnya nakutin! Rumahnya di pojok pake pohon - pohon tinggi terus gaya Eropa yang terkesan ada hantunya gitu! Hiii...'pikir Ako.

'jangan - jangan rumahnya kayak rumah hantu di pasar malem... Hiii!'pikir Sara.

'jangan - jangan rumahnya ada pohon mangga tempat buat Kuntilanak nongkrong... hii'pikir Jun dan Kei yang entah selalu aja sama pikiran ma kata - katanya, padahal bukan anak kembar. Tapi, di Jepang ada mangga nggak? Udah deh.

"ada apa kalian? Nggak enak badan ya?"tanya Mamori sambil mengeluarkan kotak P3K nya.

"eng, enggak kok!"jawab keempat orang itu.

"ya, sudah,"kata Mamori lalu berbalik berjalan lagi. Dan, tibalah mereka di home sweet home-nya Mamori. Mereka tercengang. Sungguh rumah itu berbeda sekali dengan bayangan mereka. Rumah berwarna tembok putih seputih susu dengan satu tingkat di atasnya berhiaskan tanaman - tanaman cantik tergantung di sela - sela pintu rumah dan pohon - pohon rimbun di sekitarnya dan dijaga dengan tembok batu bercatkan putih sama.

'seperti rumah malaikat..'pikir keempat orang itu. Empat orang itu masih menatap rumah itu tak percaya.

"ne, kenapa kalian?"tanya Mamori bingung.

"nggak, nggak ada apa - apa!"jawab mereka serempak.

"ya sudah, ayo masuk! Ka-san, aku pulang!"kata Mamori sambil membuka pintu rumahnya.

CKLEK!

'ibunya gimana ya? Apa kayak nenek lampir?'pikir keempat orang itu yang entah pikirannya selalu saja sama, hampir. Mereka pun ikut masuk dengan harapan ibu dari sang teman itu MANUSIA! Bukan hantu!

"kamu sudah pulang ya Mamo-chan? Lho? Ada teman Mamo-chan juga ya?"suara lembut nan renyah itu datang menyambut mereka. Muncul seorang bidadari *lebay* yang keluar dari ruang keluarga, ibu Mamori, siapa lagi kalau bukan Mami Anezaki. Dengan senyum terkembang di wajahnya, membawa kedamaian di setiap jiwa - jiwa manusia yang rapuh.*bahasanya loh..* Keempat makhluk tadi menatap tak percaya untuk kedua kalinya. 'this is impossible...'pikir mereka yang entah tiba - tiba bahasa inggris mereka lancar.

"iya bu, hari ini Mamo mau belajar kelompok!"kata Mamori sambil menyalami tangan ibunya.

"kenapa nggak bilang kemarin! Ini ibu mau nyuruh kamu untuk belanja!"kata Ny. Anezaki bingung.

"EEH!! Nggak bisa ibu aja? Aku musti ngerjain ini.."tolak Mamori.

"nggak bisa! Ibu lagi masak! Ini bahannya kurang! Kamu mau makan masakan gosong milik ibu? Lagipula juga sama saja kan kalau ibu yang beli, kamu yang ibu suruh masak!"kata ibunya beralasan.

"Sena belum pulang ya?"tanya Mamori.

"belum,"jawab ibunya singkat, padat dan jelas.

"huuuh... Apa dia pacaran dulu??"duga Mamori kesal. "ya udah deh bu, teman - teman, kalian ke ruang keluarga aja dulu. Disana ada meja kecil. Kalian istirahat dulu ya,"kata Mamori sambil bersiap belanja.

"i, iya, Mamori-chan!"jawab Ako. Mamori pun pergi.

"mari, tante antar"kata Ny. Anezaki.

Mereka mengangguk. Diantarlah keempat orang itu ke ruang keluarga yang cukup luas. Dengan sebuah meja kecil seperti yang dikatakan Mamori, di depannya ada sebuah televisi 21' yang diletakkan di sebuah meja peletakan -entah apa namanya, author nggak mudeng- televisi dengan dihiasi beraneka macam hiasan kaca di atasnya. Foto - foto terpajang di setiap sisi meja televisi itu. Beberapa foto Mamori saat masih kecil, foto Sena, foto kakak beradik itu, foto sekeluarga dan lainnya. Senyum tergambar jelas di setiap wajah Mamori kecil dengan rambut yang tak berubah meski poninya lebih pendek.

'jadi, dulu dia seperti ini toh..'pikir Ako. 'berbeda sekali..'pikir Sara.

"ayo duduk dulu!"ajak Ny. Anezaki. Mereka mengangguk. Ditaruh tas - tas mereka di samping meja kecil itu sambil beranjak duduk mengelilingi meja itu. "tante ambilkan minuman dulu ya! Santai saja disini!"kata Ny. Anezaki sambil berlalu ke arah dapur. Mereka mengangguk lagi. Mereka pun melihat - lihat isi ruangan itu lagi. Tak bisa mereka percayai jika rumah itu rumah si Mamori, si cewek yang berpenampilan mirip hantu itu.

"ini minuman kalian anak - anak!"kata Ny. Anezaki dari arah dapur.

"ah, iya, makasih tante!"jawab Ako. Ny. Anezaki pun membawa 5 gelas orange juice dan sebuah cangkir berisi kopi berkrim yang pastinya manis serta sepiring kue kering. Mereka pun meminumnya.

Ny. Anezaki pun lalu duduk di samping mereka dengan nampan berisi kopi krim tadi yang sepertinya sudah jelas itu untuk dirinya. Ako yang merasa heran pun bertanya,"maaf tante, tapi bukannya tante harus memasak masakan tante? Kok masih duduk disini?" Ny. Anezaki menoleh pada Ako lalu tertawa kecil.

"hahaha! Itu untuk menipu Mamo-chan! Sebenarnya tante belum masak apapun! Mamo-chan tadi tante suruh beli bahan - bahannya tadi! Kasihan dia! Hahaha!"tawa Ny. Anezaki yang membuat keempat orang itu ber-sweatdrop ria.

'ibunya setan juga ya? Pantas cewek itu kebal ma Hiruma..'pikir mereka berempat. Di dua tempat, dalam waktu yang sama, sesosok setan dan hantu berbersin ria.

"HATSYIII!!!"

'pasti ada yang lagi ngomongin atau mikirin aku nih..'pikir Hiruma dan Mamori di tempat yang berbeda.

Kembali ke rumah Mamori. "terus kenapa tante berbohong?"tanya Jun.

"buat kebaikan Mamori. Dulu dia juga seperti itu.."kata Ny. Anezaki dengan mengubah volume suaranya.

"memangnya dulu Mamori-chan seperti apa?"tanya Sara.

"Dulu..."

-Flashback-

"Mamo-chan! Bantu ibu dulu!"teriak seorang wanita berambut panjang yang membawa sekeranjang pakaian hasil cuci.

"hai! Ka-san!"jawab Mamori kecil. Gadis kecil berambut sebahu itu lalu berlari ke arah wanita tadi. Wajahnya secerah matahari pagi yang menyinari saat itu. Mamori lalu mengambil beberapa pakaian dari keranjang itu. "Ka-san! Tou-san masih di luar negri ya?"tanya Mamori tiba - tiba. Ny. Anezaki muda terkejut. Tak biasanya Mamori menanyakan keadaan kepala keluarga Anezaki yang bekerja sebagai pilot itu.

"ya, iya dong sayang!"jawab Ny. Anezaki sambil tersenyum.

Lalu mereka pun menlanjutkan menjemur pakaian itu sampai habis. Setelah selesai, tiba - tiba dari arah luar terdengar suara anak - anak memanggil.

"Mamo-chan! Main yuk!" Mamori menoleh pada suara itu. Lalu ia menoleh pada ibunya.

"Ka-san, ada teman - temanku yang mengajakku bermain. Boleh tidak?"tanya Mamori. Ny. Anezaki hanya tersenyum lembut lalu mengangguk kecil. "Hontou ni? Arigatou Ka-san!"kata Mamori sambil berlari memeluk ibunya lalu berlari ke arah teman - temannya.

-End Of Flashback-

"dia anak yang ceria dan aktif.."kata Ny. Anezaki setelah menceritakan bagaimana Mamori dulu.

"begitu ya..."gumam Ako.

"lalu kenapa sekarang Mamori-san menjadi seperti itu?"tanya Kei.

"itu... Terjadi sekitar 3 tahun lalu..."

-Flashback-

Suatu siang, Mamori pulang dengan menangis tersedu - sedu sambil membawa kertas berukuran A3. Wajahnya memerah karena tangisnya. Dari belakang terlihat beberapa anak - anak menyorakinya.

"ahaha... Gambarnya jelek! Ahaha!"teriak salah satu anak.

"iya! Kayak anak TK malah lebih bagusan anak TK! Ahaha!"kata satu temannya lagi. Terdengar celotehan olokan anak - anak di luar rumah kediaman Anezaki. Sedangkan di dalam, Mamori menangis sambil mengurung diri di kamarnya.

"hiks....hiks...hiks...semuanya jahat! Nggak ada yang baik! Hiks...hiks..hiks.."tangis Mamori.

"Mamo-chan, sudah, lagipula kamu kan juga pintar selain di bidang seni rupa kan?"kata ibunya menenangkan dari luar kamar gadis itu.

"tapi mereka mengolok Mamo, bu! Mamo nggak tahan!"teriak Mamori di sela - sela tangisnya. Ibunya sudah tak bisa apa - apa lagi. Ny. Anezaki tahu bahwa mungkin setelah ini Mamori akan ngambek terus.

Beberapa menit kemudian terdengar sebuah suara keputusan. "baik! Mulai sekarang aku akan bersikap sinis pada semua orang dan aku akan mengubah penampilanku! Biar mereka nggak mengolokku lagi! Aku sudah putuskan!"kata Mamori. Ny. Anezaki yang mendengar itu kaget setengah terkejut. Bagaimana putri kesayangannya itu mengubah penampilannya? Ny. Anezaki masih bingung berpikir di depan kamar putrinya itu. Tiba - tiba pintu terbuka dan keluarlah Mamori. Ny. Anezaki sedikit kaget.

"Ka-san kenapa?"tanya Mamori dengan tersenyum yang justru membuat si ibu berpikiran aneh. Apakah anakku kemasukkan nih? Kok tadi nangis sekarang malah tersenyum nggak jelas? Pikir Ny. Anezaki.

"Ka-san? Ka-san?"kata Mamori mencoba menyadarkan ibunya.

"eh, ya?"jawab Ny. Anezaki.

"Ka-san kenapa? Kok tiba - tiba bengong?"tanya Mamori.

"nggak, nggak ada apa - apa kok, Mamo-chan!"jawab Ny. Anezaki.

"ya sudah, ibu sudah siapkan makan siang kan? Aku lapar bu!"kata Mamori sambil berlari menuju ruang makan.

'kenapa sih anak itu?'pikir Ny. Anezaki dalam hati.

-End Of Flashback-

"..jadi begitu.."gumam Jun kemudian.

"ternyata Mamori-chan..."kata Ako.

"punya masa lalu..."lanjut Sara.

"..yang kelam ya.."sambung Kei.

Ny. Anezaki hanya memandang keempat anak itu sayu. "anak itu memang begitu..."kata Ny. Anezaki. "makanya, tadi tante suruh dia belanja karena tante ingin menceritakan ini pada kalian. Agar kalian tidak salah menilai Mamori dan bisa berteman baik dengan anak itu."jelas Ny. Anezaki sambil meninggalkan keempat orang yang masih berbingung ria.

"aku nggak nyangka, ternyata begitu.."kata Ako.

"kau belum tahu ya?"tanya Kei.

"kami hanya di'paksa setan' itu saja! Kami takut kalau sampai rahasia kami terbongkar!"kata Sara.

"setan...itu.."gumam Jun dan Kei bebarengan.

Mereka berempat pun membayangkan setan di sekolah mereka yang suka sekali mengancam. Mereka pun merinding bersamaan. "tapi kenapa setan itu menyuruh kalian seperti itu?"tanya Jun.

"nggak tau! Emang dia udah kenal banget ya ma Mamori-chan?"kata Ako. Ketiga orang itu hanya menggeleng dan mengangkat bahu.

"terus kenapa ya?"gumam Kei.

"ya sudah! Pokoknya sekarang kita harus jadi teman yang tulus ingin berteman dengan Mamori-chan! Aku jadi nggak enak nih ma dia! Aku kasihan! Aku ingin jadi temannya!"kata Sara sambil berdiri dan mengepalkan tangan. Ketiga orang lainnya mengangguk setuju.

"Yosh!! Kita akan menjadi sahabat Mamori!"teriak mereka berempat. Ny. Anezaki yang mendengarnya dari dapur hanya bisa tersenyum lega karena pada akhirnya putrinya mendapat sahabat yang tulus menyayanginya setelah sekian lama putrinya itu hanya mendapat teman yang hanya sebatas teman, bukan sahabat.

Si setan yang mendengarnya dari alat penyadap yang ia tempel di tas milik keempat anak SMU yang tengah bersorak sorak ria nggak jelas di rumah sang gadis hantu tersenyum dan menyeringai tipis sambil menutup kedua telinganya dengan dua jari telunjuknya karena mendengar sorakan GJ dari earphonenya.

-XXX-

"aku pulang!"salam Mamori sambil melepas sepatunya. Ny. Anezaki lalu menghampiri putrinya itu.

"arigatou ne, Mamo-chan!"kata Ny. Anezaki sambil mengambil keranjang plastik yang ditenteng Mamori.

 "banyak banget sih, bu, belanjaannya! Jadi lama deh!"gerutu Mamori sambil berjalan menuju ruang tamu.

"gomen ne, Mamo-chan,"kata Ny. Anezaki sambil menyatukan kedua tangannya. Mamori hanya bisa menggembungkan pipinya, kesal. Mamori lalu berjalan ke ruang tengah.

"teman - teman, maaf ya, aku lama belanjanya!"kata Mamori sambil tertawa lemas.

"nggak pa - pa kok, Mamori-chan! Kita juga udah ngerjain sebagian kok!"kata Ako sambil tersenyum.

"eh, ini gimana..."tanya Sara.

"mana, mana? Ooooh... Ini toh.."kata Kei.

"tinggal ditambahi revisinya saja, mudah kan? Ah, hai Mamori-san!"jawab Jun sambil menoleh pada Mamori. Mamori tertegun. Dia pikir tadi, teman - temannya akan kesal padanya karena menunggunya terlalu lama.

"ada apa Mamori-chan? Ayo kita kerjakan bareng!"kata Sara menyadarkan Mamori yang masih tertegun melihat pemandangan di depannya.

"ah, YA!"jawab Mamori sambil tersenyum senang. Mereka pun lalu mengerjakan tugas essai itu dan menyelesaikannya saat itu juga dengan kemampuan otak Mamori yang tergolong jenius itu, mereka mampu segera menyelesaikannya.

Esoknya, mereka lalu mengumpulkan tugas itu. mungkin hari dimana mereka bekerja kelompok di rumah Mamori adalah hari yang paling mengesankan bagi mereka karena mereka telah melihat sisi lain dari seorang Mamori yang kesepian dan tanpa teman. Sisi seorang gadis yang menutup diri dari lingkungannya yang kini mencoba untuk membuka kembali dirinya.

Lalu mereka sadar bahwa gadis itu tengah membutuhkan teman untuk berbagi segala sakit yang ditanggung diri gadis itu. Sakit yang telah lama terbekas di hati dan kini sakit itu telah lenyap. Karena sahabat - sahabat baru Mamori yang selalu setia ada di sisi Mamori jika gadis itu membutuhkan bantuan mereka. Dan dari situlah, sebuah persahabatan terjalin di antara mereka.

-toBEcontiNUED-
Share:

0 comments:

Posting Komentar